Senin, 01 Oktober 2012

Keputusan Semesta

Aku duduk di pojokkan Starbucks. Hujan masih mengguyur kotaku ini. Disini aku bersama seorang cowok seumuranku, tinggi,kurus dengan kulit hitamnya. "Permisi,mbak ini hot chocolate sama white hot chocolatenya"kata pelayan Starbucks ramah. "Makasih mbak" kataku sambil tersenyum.
Mataku beralih ke wajah cowok itu, cowok yang menemaniku selama 3 tahun ini. "Tadi kamu mau ngomong apa?"tanyaku sambil menyeruput sedikit white chocolateku. "Kayaknya kita harus udahin hubungan kita ini." Dia berkata sambil menatap mataku. Dalam sekali tatapannya. Hatiku bergetar,minuman hangat yang seharusnya menghangatkanku di kala hujan sepertinya tidak membantu setelah dia mengatakan kalimat itu. "Kenapa?"aku mulai kecewa dan sedih. Gak seharusnya hubungan ini hancur begitu saja. "Kita udah gak cocok" katanya. Kalimat yang biasanya aku dengar dari teman-temanku kini aku dengar sendiri dari dia. "Tapi,kalo kita gak cocok kenapa kita bisa 3 tahun menjalani semua ini?"aku masih belum percaya. "Kita udah mulai sibuk sendiri. Udah jarang ketemuan,ngobrol,dll. Kita udah beda jalan. Kamu sibuk sama OSIS dan Tonti sedangkan aku sibuk sama basket dan futsal."terang dia sambil matanya menatap hujan yang makin deras. Semua temenku bilang kita pasangan yang cocok tapi kenapa harus berakhir setragis ini. Aku juga menyadari akhir-akhir ini kita jarang ketemu. Makan di kantin berdua itupun udah jarang banget semenjak aku menjadi panitia PENSI yang sibuk cari dana. "Tapi,aku sibuk cuma sampe PENSI ini aja. Setelah itu, aku pasti bisa punya waktu luang bareng kamu"kataku menyakinkan dia."Tapi,sebentar lagi kita UN. Apa kamu masih bisa ngeluangin waktu buat kita? Kita harus fokus dulu. Selain itu,SMA ini aku bakalan pindah ke Australia. Ayahku ditugaskan disana.Kita gak mungkin LDR. Dalam jarak dekat saja kita udah jarang ngobrol apalagi ketemuan."jawabnya. Kita terdiam, petir menyambar sesekali di luar sana. Tetesan air mataku mulai turun. Sejenak dia mengenggam tanganku. Tangannya hangat sehangat tangannya dulu ketika dia pertama kali menggegam tangaku 3 tahun lalu di tempat yang sama pula. Dia memberiku selembar tisu. "Aku tahu kamu kecewa dan sedih. Tapi, aku juga. Sakit hati ini pisah dari kamu."ujarnya. Genggamannya makin kencang di kala petir menyambar dalam keheningan kami. "Aku di Australia mungkin cuma 5 tahun. Dan, ketika aku sampe kesini lagi aku pasti bakal masih sayang sama kamu. I promise, Girl" 'Cuma 5 tahun' itu bukan hanya sebentar tapi lama. Apa aku harus percaya dengan dia atau gak. Aku bingung. Senyum manisnya mengembang. Aku benar-benar masih ragu. "Aku bener-bener janji"ujarnya seakan dia tahu keraguanku. Dia mengangkat jari kelingkingnya. Aku tersenyum dan membalas janjinya. "Aku bakalan nunggu sampe 5 tahun lagi. Aku juga gak bisa ngerubah keputusanmu Semesta."Aku pun akhirnya ikhlas meninggalkan Semesta untuk pergi bermil-mil jauhnya.
Hujan mulai reda. Semesta mengantarku pulang. Perpisahan ini tidak jadi berakhir tragis namun berakhir bahagia walaupun masih ada rasa sedih di hatiku. Aku tunggu 5 tahun lagi Semesta!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar