Jumat, 07 Juni 2013

Semangat Mereka, Jiwa Mereka, Senyum Mereka

Bermula dari rasa keinginan buat nulis yang serius dan bermanfaat sekali-kali. Jadi, gini nih ceritanya. Waktu itu liat berita tentang Tasripin. Pasti udah tau kan siapa dia. Iyap, Tasripin itu seorang figur kakak yang bener-bener kakak. Dia rela gak sekolah cuma buat ngurusin adek-adeknya. Tasripin dan adek-adeknya ditinggal Bapak mereka merantau ke luar pulau setelah ibunya meninggal. Tasripin cuma mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SD. Yang bikin aku bangga dan sedikit mengeluarkan air mata adalah dia rela enggak sekolah dan ngurusin adeknya supaya adeknya bisa sekolah dan hidup baik. Sedangkan aku terkadang malah berantem sama adekku rebutan makanan -_-

Anak Indonesia yang bikin aku bangga lagi adalah Rusli. Seorang anak kelas 6 SD yang harus ke sekolah dengan di gendong keponakannya yang satu sekolah sama dia. Rusli menderita lumpuh layu atau folio sejak kecil. Meski begitu, Rusli itu punya prestasi yang luar biasa. Dia selalu jadi ranking 3 besar di kelasnya. Kelemahannya bukan jadi penghalang buat dia. Kalian tahu apa yang ditanya Dedy Corbuzier ke dia tentang cita-citanya, "Saya ingin jadi Ustadz supaya bisa menyebarkan ilmu"kata Rusli. Dan, waktu aku denger cerita  Rusli dan Siti (Keponakannya yang tiap hari gendong Rusli) tentang sekolah mereka. Aku nangis :") Mereka punya semangat kuat buat sekolah meski mereka harus lewat jalan yang jauh dan bermedan susah apalagi Siti yang harus bawa beban Rusli

Yang bikin miris lagi, Sekolah Rusli yang merupakan Madrasah Ibtidaiyah (MI) ini gurunya merupakan sukarela. Kepala Sekolahnya yang udah 22 tahun kerja cuma di gaji 30.000 rupiah per bulan padahal kita sering buang uang segitu buat beli McDonald. Itu rasanya nyesek waktu denger cerita Bapak Kepala Sekolah. Masih adanya guru sukarela itu contoh masih adanya keperhatinan orang akan pendidikan Indonesia.

Satu lagi Manusia sangat luar biasa, Bu Een. Bu Een adalah seorang guru sukarela. Beliau mengajar anak SD sampai SMA. Salutnya nih, Beliau adalah penderita lumpuh yang sama sekali gak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sekarang aja, salah satu mata Bu Een terancam buta. Kalian tahu apa motto Bu Een sehingga Beliau selalu mengajar tanpa imbalan, "Pendidikan itu berdasarkan kasih sayang". Jadi, Bu Een gak pernah yang namanya minta imbalan.

Aku paling salut sama Semangat mereka. Mereka gak pernah nyerah sama keadaan. Mungkin sekali-kali kita mesti lihat ke bawah gimana temen-temen kita yang gak mampu berjuang buat nyemangatin kita. Waktu kita udah di atas jangan lupa sama mereka. Bantu mereka. Jangan kayak sekarang ketika pendidikan karakter digembar-gemborkan eh malah yang di atas sana yang gak punya karakter dan kepribadian Pancasila.

Aku yakin di luar sana masih ada Tasripin lainnya, Rusli lainnya dan Bu Een lainnya. Mereka semua hanya sedikit orang yang terekspos. 

Ayo, jadikan semangat mereka dan jiwa mereka bagian dari kita!!

Selamat malam. Semoga Indonesia bisa menang lawan Belanda ya. Masak bola kalah sama jaman dulu yang cuma lawan pakai otak dan bambu runcing. Jadikan bola ini seperti dulu ajang untuk bersatu dan melawan musuh. Oh iya, aku mau bilang Van Persie itu ganteng :3

Bye xx

Setipis Kertas

Halo semua!!! Lama ya gak update. Yah, gak lama banget juga sih. Oke, kali ini aku bakal ngasih Zayn Malik Fan Fiction buat kalian :)) Maaf ya kalo agak alay -_- Atau sedikit kayak sinetron efek nonton Akibat Pernikahan Dini sih .___.v So, check this out, Yo!

Setipis Kertas


Jani
            “Mukamu kenapa kayak kertas kusut?”tegur Georgia, sahabatku. Aku mendengus sambil mengudak-udak juice­-ku. “Kamu pasti tahu kan penyebabnya”ucapku cuek. Georgia menarik nafas panjang. “Aduh cuma gara-gara satu kelompok biologi aja. Sampai kapan sih kamu bakal benci sama Zayn?”tanyanya. Aku mengendikkan bahu, “Selamanya mungkin”. “Kamu tahu gak Jan, benci sama suka itu bedanya setipis kertas. Udah ah aku mau masuk kelas”ujar Georgia sambil menepuk pundakku. 
            Zayn Javaad Malik. Penyebab hari-hari sekolahku selama ini suram. Cowok paling sok cool yang ada di sekolah bahkan se Britania Raya ini. Banyak yang bilang Zayn itu gantengnya perfect tapi menurutku lebih ganteng Andrew Garfield. Dan entah kenapa dari kindergarten sampai High School ini aku harus satu sekolah bahkan satu kelas sama dia. Rumah aja cuma sampingan. Kamarku aja punya balkon yang menghadap kamar Zayn.
            Kebencianku sama Zayn bermula waktu kelas 1 SD. Waktu itu, Zayn dengan (sangat) sengaja motong rambut Barbie kesayanganku. Untungnya, Bunda beliin aku yang baru jadi aku gak lama ngambek sama Zayn. Kelas 6 SD, dia nempelin permen karet di kursiku sehingga waktu aku berdiri permen itu nempel di rokku. Enggak cuma itu aja, masih banyak aksi criminal Zayn ke aku. It means he’s really bad boy.
            Kalau umpamanya sifat (amat) jeleknya itu hilang, Zayn punya wajah dan kepribadian yang bener-bener bikin cewek melting. Honestly, aku pernah liat dia bantuin seorang nenek nyebrang jalan sambil bawain belanjaan sang Nenek. Selain itu, aku pernah gak sengaja liat dia manjat pohon demi ngambil anak kucing yang kesangkut. Dan… bodohnya aku pernah suka sama dia. Tapi, cuma 2 bulan abis itu aku kapok gara-gara jadi korban aksi kriminalnya itu. Tapi, dibalik itu dia satu-satunya cowok yang aku kenal yang benci hujan.
            Dibanding, 4 temen se-ganknya kayak Harry, Liam,Louis,sama Niall. Zayn yang sama sekali gak pernah keliatan sama cewek. Banyak sih yang suka sama Zayn tapi gak tau kenapa dia gak pernah ngelirik satu pun termasuk Cher, cewek paling popular di sekolah.
Zayn
            “Zayn kesini!! Umpan ke aku!”teriak Niall ketika aku dan dia bermain bola di lapangan sekolah. Aku menendang keras bolaku dan Buk…. Bola itu mengenai seorang cewek. Biasanya sih kalau cewek biasa kena bola yang aku tendang bakal bilang “Oh, It’s okay” tapi ini Jani.
            Aku melangkah ke tempat Jani berdiri sambil menatapku dengan mata hitamnya yang besar. Mulut kecilnya mengerucut rasanya pengen ketawa tapi aku gak mau memperburuk suasana.“Sorry, gak sengaja”ucapku. Jani masih diam. “Aku bakal nyuci cardiganmu deh”ucapku lagi sambil menunjuk cardigan Jani yang basah terkena soda yang tumpah karena kena bola. “Zayn!! Sampai kapan sih kamu jahilin aku! Aku sebel tau gak! Dasar jambul jelek sok ganteng!”sambar Jani sambil menunjukkan matanya yang menyala. “Ini juga gak sengaja juga. Lagian aku juga udah minta maaf. Nanti aku cuciin deh cardiganmu”ucapku. “Gak usah! Cardiganku nanti ketularan jelek kayak kamu!”ucap Jani sambil berlalu. “Kamu gak apa-apa?”tanya Niall sambil merangkulku. “Udah biasa. Ayo main lagi. Nenek sihir udah pergi”ucapku sambil mengambil bola.
            Anjani Prawirodirjo. Itu namanya. Nama yang sedikit aneh menurutku sama kayak yang punya nama. Jani bukan orang asli Inggris dia lahir di Indonesia tapi tumbuh di Inggris. Matanya hitam, gigi depannya besar dua kayak kelinci dengan mulut kecil warna pink. Kamu mau tahu komentar Harry buat dia? “She's like little Dora but with kissable lips”itu kata Harry. Iya, dia mirip Dora dengan rambut pendek,dan kulit tan. Sayangnya dia jeblok di pelajaran Bahasa Spanyol. Kelihatannya dia itu cute tapi di balik wajahnya itu dia punya mulut kayak mercon dicampur saos Tabasco. Sekali meledak pedesnya minta ampun. Dan selama ini, aku udah sering jadi korbannya. Alasannya, ya karena dia benci sama aku.
            Kenapa dia bisa benci sama aku? Alasannya karena dari kindergarten sampai High School  dia selalu aku kerjain. Walaupun gitu ada satu hal yang dia gak tahu sampai sekarang.
Jani
       Aku berjalan di subway station. Aku melirik jam tanganku, masih jam 1 siang tapi kenapa station sepi gini. Aku mempercepat jalanku, perasaanku gak enak. Dan terjadilah. Dua cowok segede kulkas 3 pintu menghadangku. Seorang kulit putih dan yang satu seorang negro. Aku membalik badanku berusaha mencari jalan lain. Tapi, cowok berkulit putih itu menghadangku. “Give me your money!!”perintahnya denga suara galak dan bau alcohol yang menyeruak ketika dia ngomong. “I don’t have money”ucapku dengan suara lirih. “Liar!!”teriak cowok itu sambil menyiapkan sebuah pukulan. Aku menutup mataku.
Zayn
       Aku berjalan di subway station ketika aku melihat seorang cewek bertubuh kecil dihadang 2 orang cowok besar. Aku menyipitkan mataku, merasa pernah tau cewek dengan sebuah cardigan coklat yang aku kenal. “Jani!!”teriakku sambil berlari ke arah cewek itu. Dua cowok itu menoleh, aku menghantam cowok berkulit putih itu dengan tanganku. Temannya menghantamku dengan tangan kekarnya. Membuatku jatuh. “Zayn! Jangan!”teriak Jani. Aku meninju wajah cowok berkulit hitam di hidungnya higga mengeluarkan darah. Sedangkan temannya membawa dia pergi.
            Aku menoleh mencari Jani. Aku menemukannya menangis di pojokkan. Baru pertama kali aku lihat dia nangis.
Jani
            Mata coklat itu mendekat. “Kamu gak apa-apa? Udah gak usah nangis mereka juga udah pergi kok”ucap Zayn sambil berjongkok di sebelahku. Aku bisa melihat penampilannya yang hancur sekarang ,ujung bibirnya berdarah, jidatnya tergores, sebuah memar mulai terlihat di pelipisnya. Aku menggeleng, “Enggak apa-apa. Makasih ya. Kamu gak apa-apa?”ujarku. Zayn tersenyum kecil, “Wajahku ancur ya?”. Aku tertawa, masih sempat-sempatnya dia ngelawak sedangkan banyak luka di wajahnya. “Ayo pulang, aku obatin kamu di rumah”ajakku. Zayn tertawa, “Tumben baik”. Aku berdiri sambil mengulurkan tangan untuk Zayn, “Soalnya kali ini kamu baik”. Zayn tertawa sambil menyambut tanganku.
Zayn
            “Aww…”ringisku ketika handuk kompresan menyentuh luka di wajahku. “Sakit ya?”tanya Jani. “Menurut kamu?”ucapku ketus. Jani cuma tersenyum sambil menempelkan aid band di dahiku. “Selesai”ucapnya. Jani membereskan obat-obatan dan mengembalikannya ke tempatnya. Dia lalu duduk disampingku. “Zayn?”tanyanya. “Uhmm..”ucapku sambil meminum segelas honey tea hangat buatan Jani. “Makasih ya udah nolongin. Makasih banget”ucap Jani sambil menatapku dengan mata puppy andalannya. “Iya..Iya tapi gak usah ngelihatin pakai matamu itu. Aneh tau gak”ucapku sambil mengacak rambutnya. Dia tertawa sambil memukul pundakku. “Emang kamu gak aneh”protesnya. “Enggak juga sih”jawabku.
            “Zayn, aku boleh tanya?”tanya Jani. “Boleh. Apa?”ujarku. “Kenapa kamu mau nolongin aku padahal aku udah benci sama kamu?”tanyanya sambil memuntir pinggiran cardigannya. “Soalnya..”ucapku sambil menggigit bibirku. “Apa harus aku bilang sekarang”pikirku. “Kenapa? Zayn, aku mau minta maaf soalnya udah sebel sama kamu”ucap Jani. “Iya gak apa-apa. Aku juga salah kok”ucapku. Jani tersenyum. “Oiya pertanyaan pertama kamu belum jawab”lanjutnya. Aku kembali menggigit bibirku sekarang makin keras malahan. “Soalnya…”. “Kenapa?”. “Soalnya… Aku suka kamu dari dulu”ucapku cepat. Jani menatapku dengan tampang bingung.
Jani
       Aku menghirup dalam-dalam bau siang ini. Bau ketika para bakteri dan jamur di tanah bereaksi ketika akan turun hujan. Aku melirik Zayn yang sedikit males dengan cuaca siang ini. Gerimis mulai turun, wajah Zayn makin tertekuk. “Jani, baca paragraph 4!”pinta Mr. Joe, guru sastraku yang menyadarkanku dari lamunanku.
            Aku berlari keluar sekolah. Semua orang mulai menyiapkan payung atau jas hujan sedangkan aku hanya berlari terus tanpa payung atau jas hujan. Aku menemukan Zayn berdiri di halte tunggu bus. “Zayn!!”teriakku sambil berlari menembus hujan. Zayn menoleh sambil tersenyum. “Hai, kamu!”sapanya. Zayn bergeser sedikit untuk memberiku ruang untuk berteduh. “Main yuk!”ajakku. Zayn menggeleng, “Hujan”. “Terus kenapa kalo hujan?”tanyaku. “Ya, kan males hujan malah main. Basah sama dingin. Nanti sakit”ucapnya sok bijak. “Kamu udah kayak Ibuku aja ngomongnya”protesku. “Udah ah, ayo main!”lanjutku sambil menarik Zayn ke tengah hujan. “Hey lepasin!!”protesnya.
Zayn
       “Jani, kamu tau gak kita nanti bakal sakit”ucapku sambil berusaha melepaskan pegangan erat Jani. Jani berhenti melangkah di tengah taman. Rambut hitamnya basah. Matanya tertutup. Tangannya masih menggenggam tanganku. “Coba kamu pejemin mata terus rasain apa yang ada di sekitarmu. Dengerin hal yang ada di sekitarmu”ucap Jani. “It makes you feel more free”lanjutnya. Aku mulai memejamkan mataku dan mendengarkan sekitar. Suara hujan, nyanyian burung, hembusan nafasku dan Jani, deru kendaraan,gemerisik daun. “I’m feel more free now”ucapku. Aku membuka mata berbarengan dengan Jani. Wajahnya merona dengan senyum besar terkembang di bibirnya. “Sekarang aku suka sama hujan gara-gara kamu”ucapku sambil menyenggol bahu Jani. “Kamu mau tau gak hal yang mulai aku suka sekarang?”ujar Jani sambil tersenyum. “Apa?”tanyaku. Jani berjinjit sambil mulai berbisik, “Kamu. Aku mulai suka kamu, Zayn”


 Okay, gimana? Maaf kalo absurd. Thanks buat yang udah ngeluangin waktu baca cerita dari aku. Always pretend to be cool. Love, Rani xx