Rabu, 07 November 2012

It's Not About Difference

What's up my cyber buddy! Udah lama gak nge-post nih.Maklum anak sibuk :p-_- Kali ini aku bakalan nge-post cerpen. Karna ada dialog pake B.Inggris aku minta maaf kalo ada grammar yang salah. Let's enjoy the story :)

It’s Not About Difference
          “Telpon Bunda kalo udah pulang ya. Take care,honey” ucap Bunda kepadaku sambil mengecup keningku. “Okay.See you Bunda.” Jawabku sambil melihat mobil Bunda berlalu. Hari ini hari pertamaku masuk sekolah di Seattle Junior High School. Dua hari yang lalu, aku dan keluargaku harus pindah dari Yogyakarta ke Seattle, Amerika serikat. Ayahku harus bekerja disini.
          Aku berjalan memasuki pintu depan sekolah baruku ini. Disini murid-muridnya tidak usah memakai seragam seperti sekolah Indonesia. Orang-orangnya begitu cuek dengan yang lain. BRUKK. “I’m sorry” aku meminta maaf karena menabrak seorang anak yang membawa buku-buku. “No problem. Ummm.. Are you new student? I never meet you before” kata anak itu sambil tersenyum. “Yeah. I’m Lea. And you?” tanyaku sambil mengulurkan tangan pada gadis itu. “I’m Lucy. I’m grade 8th. How about you?” tanyanya balik sambil menerima uluran tanganku. Lucy adalah anak yang cantik,memakai kacamata namun tidak menunjukkan dia sebagai seorang bookworm. Memakai celana jeans dan kaus serta sneakers. “Same. Umm.. Can you help me?Where is English Class?”tanyaku pada Lucy. “Ohh..We have same class. Follow me.” Jawabnya. Aku mengikuti Lucy sambil melihat-lihat sekolah baruku itu. Di dekat kantin terdapat banyak anak perempuan memakai baju yang lumayan seksi dan wajah mereka begitu cantik mengelilingi 3 orang anak cowok. Dua diantaranya berambut coklat dan satunya berambut pirang. Wajah mereka memang tampan dan sepertinya mereka adalah atlet sekolah. “Okay, welcome to our English class!”seru Lucy. Kelas ini begitu bersih dengan 2 buah pendingin dan penghangat udara. Berbeda dengan sekolah Indonesiaku yang cuma memakai kipas angin -_- Lucy duduk di baris kedua bersama seorang anak laki-laki. “Hey Lucy and who’s beside you?” sapa anak laki-laki itu ke Lucy. “Hey James. Please, introduce our new fiends. Lea it’s James. James it’s Lea.” Lucy mengenalkanku pada James. “Hey I’m Lea. Nice to meet you” aku memperkenalkan diri. “Hey, I’m James. Nice to meet you too.” Jawab James ramah. James adalah seorang anak yang pintar bermusik dia selalu membawa gitar, rambutnya kaya David Beckham tapi berwarna coklat. Hampir semua anak di sekolah ini berambut coklat atau pirang. Jadi, cuma aku yang berambut hitam. Setelah itu aku duduk dibelakang Lucy dan James.  Bel berbunyi. Tiba-tiba 3 orang cowok yang aku liat tadi masuk. 2 yang berambut coklat duduk di seberangku sedangkan yang pirang duduk disampingku. Entah kenapa jantungku berdegup kencang ketika melihatnya. “Hey, Are you new student? I’m Alexis” tanya cowok itu sambil mengulurkan tangan. “Yup, I’m Lea.”aku meperkenalkan diri. “Nice name and you’re so beautiful. I like your hair. Black hair is always fabulous. By the way, our English teacher is like hungry lion. You must be careful. Hahahaha..”ujar Alexis. “Hahaha.. Thank you Alexis for your information and your praise.”ujarku. Alexis adalah cowok tinggi berbadan atletis, ganteng,dan tentu saja berambut pirang dan semenjak aku duduk dengan dia aku hampir tidak berhenti tertawa hingga Mr.David datang. “Okay guys, we have a new friend from Asia. Please Lea introduce yourself!” Kata Mr.David ramah. Aku maju ke depan. Aku gugup. Bahasa Inggrisku ancur banget apalagi kalo lagi gugup. “Hey guys, I’m Ratih Lea Srikandi. You can call me Lea. I’m from Indonesia, Southeast Asia. I moved to this city because my father must work in here. And I’m sorry if my English is bad. I hope you can be my friends. Thank you.” Akhirnya aku menutup perkenalanku dan duduk. “Thank you Lea. I’m David Mccaugh your English teacher. And okay Guys, please open your book on page 56. We will learn about Shakspeare.” Ujar Mr.David.
          Bel istirahat pun berbunyi. Aku bersiap untuk pergi bersama Lucy dan James ke kantin. “Wait Lea! It’s my phone number. Can I have your phone number too?” tanya Alexis sambil memberikan nomer telponnya kepadaku. “Okay” aku langsung memberikan nomer telponku kepadanya di Iphonenya. “Thank you so much, Beauty.”ujar Alexis. “No problem hahaha”jawabku malu gara-gara dipuji.
          Di kantin aku cuma makan buah-buahan. Disini makananannya emang gak halal jadi Bunda udah bawain nasi sama rendang. Lagian disini juga gak ada nasi, mana kalo aku gak makan nasi bisa lemes lagi -_- “Lea, why you just picked fruit?”tanya James sambil mengunyah. “Because in here not prepare halal food. And I’m muslim and must eat halal food. Not ham.” Terangku ke James. “Oh, so what you eat now?” tanya James yang kayaknya nafsu sama bekalku. “It’s Indonesian food called rendang. Do you want some?” tawarku. “Of course. It’s seem so delicious.” James mengiyakan.
          Jam 14.00 aku pulang sekolah. Tapi, Bunda belum datang menjemput.  Beberapa anak sudah pulang dengan bis sekolah seperti Lucy dan James. ‘Hey Lea, why you still in here? It’s 2.30 p.m now” Tanya cowok di sebelahku dan ternyata itu Alexis. “Hey Alexis, I’m waiting my mother. She promise to pick up me.”jawabku. “And how about you? Why you still in here?”tanyaku balik. “I have a baseball training.” Jawab Alexis. Tiba-tiba sebuah sedan Toyota masuk ke halaman sekolah. “Oh. It’s my mother. I must go home now. Bye Alexis.” Aku berlari sambil berdada ria ke Alexis. “Bye, my beauty” Alexis membalas dadaan itu.
          “Gimana sekolahnya lancar? Udah dapet temen belum?” tanya Bunda. “Lumayan kok. Tadi udah dapet lumayan banyak temen baru. Yang paling deket namanya Lucy sama James.” Jawabku sambil tepar di lantai. “Terus yang ganteng tadi siapa? Gebetanmu ya?”tanya Bunda samba tertawa jahil. “Oh itu sih Alexis. Dia mah artisnya sekolah. Bunda gak usah ngaco deh -_-“ aku masang muka cemberut. Tapi, entah kenapa wajah Alexis masih terbayang di wajahku. Ah, mbohlah.
          Malem ini abis makan malam, aku tiduran di kamar. Dengerin lagu-lagunya Sandy Sandoro bikin tambah kangen Indonesia. Tiba-tiba, ada SMS masuk.
A:“Hey, beauty. What are you doing? Alexis J
Aku segera nge-save nomer itu.
L:“Hey, Alexis. Why you call me beauty? Just listening music and reading book. How about you? J
A:Are you mad if I call you beauty? I’m sorry if you not comfortL. Now, I’m seeing star and think about you and we J
Aku kaget waktu Alexis nulis kata WE.
L:”What do you mean about we?”
A:”I don’t know. Since I met you. I feel something that I can’t explain. My heart beat so fast when I look your eyes. It’s truth. J Please meet me tomorrow on school garden after school. Okay?J
L:”Okay J
Akhirnya sms berakhir. Aku bingung apa yang terjadi dengan Alexis. Masih bingung dengan sifat Alexis akupun tepar seketika.
          “Lea, mulai hari ini kamu naik bis sekolah. Bisnya dateng jam 7. Kamu siap-siap di depan sana.”ujar Bunda sambil membereskan sarapanku. Ayah 2 minggu ini masih di Washington. “Sippo Bunda. Aku berangkat sekarang ya”aku pamit sambil mencium kening Bunda. Tas punggung warna merah bertuliskan ‘Damn I Love Indonesia’ segera aku bawa. “Hati-hati ya Lea”Bunda mengingatkan. “Always”Teriakku.
          “What!?! Alexis say that to you. Oh, God. He never saying about love with girl. Although Stephanie,the cheers captain. Congrats Lea!!” ujar Lucy panjang lebar ketika aku menceritakan kejadian tadi malam. “Oh, thank you Lucy”ucapku. “Hey girls. What ‘s going on?”tanya James yang baru datang. “Hey James. Oh God. You must know that Alexis saying about love to Lea.”ujar Lucy yang kayak orang kerasukan ngomongnya. “Ssttt… Calm down Lucy. It’s secret”aku menutup mulut Lucy yang masih meraung-raung.”Really? Oh Congrats my sista. You crushed Alexis heart!” James menyalamiku seperti aku abis memenangi lomba. “Oh, Thank you brotha”jawabku.
          Siang ini, aku berjalan menuju taman sekolah yang sudah sepi. Tiba-tiba sebuah tangan menutup mataku. “Guess who?”ujar suara itu lembut. “Umm… Alexis?” jawabku ngasal. “Right” tangan itu melepaskan tanganku. Alexis memutar badanku membuatku melihat langsung dadanya. Maklum tinggiku cuma 150 cm dan dia mungkin udah 170 cm -_- “Hey my beauty, You’re so beautiful now” Alexis memujiku. “Thanks. And you are very.. handsome.”aku memuji dia balik. Tangannya memengang tanganku lalu dia duduk bersimpuh di depanku. “Will you be my girl? Ujarnya to the point. “Umm.. But we have difference culture,ras and religion. And we just know each other a week ago.Why you so fast talk about love to me?” tanyaku bingung. “I don’t know why. I never felt this feeling before. If you don’t love me I can be hurt. You’re the one who can make me crazier.” Terang Alexis. Aku gak tau ini beneran apa gak atau cuma buat mainan sama geng populernya tapi aku gak bisa nolak dia. Aku juga ngerasain hal yang sama. Mata warna aqua itu selalu yang bikin aku gak bisa tidur. Jokes-jokes anehnya di kelas atau di sms selalu buat aku tertawa. Dia sempurna memang. Tapi apa ini saat yang tepat untuk aku dan dia? Aku belum kenal lama dengan dia tapi aku merasa kita seperti seorang sahabat lama yang nyambung. “So, will you be my girl?” ujar Alexis sekali lagi. “Yeah of course.”jawabku sambil tersenyum.
          Semenjak aku pacaran dengan Alexis, banyak anak cewek yang sakit hati termasuk Stephanie. Dia langsung shock waktu denger soalku dan Alexis. UKS penuh gara-gara Lucy yang keceplosan ngomongin aku sama Alexis -_- *lebay* “So, I must call you what? Honey, babe,baby, or what?”tanya Alexis di Mcdonald suatu malam. “Ummm.. Just Lea and Alexis. Okay?” ujarku sambil makan kentang goreng, “Okay, Lea”jawab Alexis yang lagi makan big burgernya.Kalo yang lain pacaran ke bioskop. Aku dan Alexis lebih suka duduk di pojokkan Mcdonald atau Starbucks. Kalo pengen jalan-jalan pasti bukan ke mall. Biasanya ke bukit yang ada danau kecil di belakang sekolah. Disana sepi. Cuma aku dan Alexis. Semilir angin, hangatnya matahari dan suara air terjun kecil selalu membuat hal ini menyenangkan. Berpiknik di bawah pohon oak sambil bercerita tentang dunia.
          10 hari lagi Natal. Sekolah udah diliburin. Kali ini aku akan merayakan Natal di rumah Alexis. Meski aku gak ngerayain tapi aku ikut merayakan hari besar Alexis. Seperti ketika Idul Fitri yang lalu, aku gak pulang ke Indonesia. Alexis datang ke rumah lalu masak sate bareng keluargaku. Dea dan Deo adek kembarku seneng banget waktu Alexis dateng. Alexis juga suka sama makanananya sampe-sampe Bunda bungkusin sate,opor,ketupat,rendang sama sambel goreng untuk Alexis. Aku udah siap dengan mantelku ketika Alexis datang menjemput. “Are you ready?”tanyanya. “Sure.”jawabku yakin. Ditanganku, kado Natal buat keluarga Alexis sudah terbungkus rapi. Untuk Ibu Alexis ada selendang sutra titipan Bunda, Ayah Alexis ada miniature wayang kulit Puntadewa, untuk Alexa, kakak perempuan Alexis ada sebuah tas pesta kecil dari Indonesia dan untuk si kecil Alexandra ada boneka Barbie. Alexandra memang baru umur 10 tahun sama seperti Dea dan Deo.
          “Welcome to our home,Lea!”sambut keluarga Alexis. Disini suasana sangat hangat. Perapian menyala dengan hiasan Natal disetiap sudut rumah ini. “Merry Christmas Mr. and Mrs. Brown”sapaku ke orang tua Alexis. Ibu Alexis lalu mencium keningku. “Merry Christmas for you too Alexa and Alexandra” sapaku juga ke dua orang saudara perempuana Alexis. “Thank you for coming Lea”ucap Alexa. “Your welcome”jawabku. Makan malam dimulai. Ibu Alexis sengaja hari ini memasak masakan halal karena aku akan datang. Makan malam itu sangat menyenangkan. Pukul 8 p.m Alexis  mengantarku pulang. “Thank you Lea for tonight”ucap Alexis. “Sure Alexis”jawabku sambil memeluk Alexis. Alexis pulang.
          Di kamar aku berpikir perbedaan bukanlah penghambat untuk saling mencintai. Umur,ras,kebudayaan ,kasta,dan agama bukanlah halangan untuk tidak mncintai seseorang. Aku dan Alexis walau berbeda tapi kita tetap saling menghormati. Dia selalu mengingatkanku untuk sholat walaupun kadang salah. Aku juga tidak pernah lupa untuk mengingatkannya untuk ke Gereja. Kita berhubungan namun kita tidak pernah memasukkan unsur perbedaan kita ke hubungan ini. Aku sangat berbeda dengan siswa lain di sekolahku dalam soal fisik. Aku termasuk yang pendek disini. Tapi, bukan berati orang yang memiliki fisik yang berbeda harus dihindari. Tapi, perbedaan selalu memberikan pelajaran untuk menghormati dan bertoleransi. Tapi, aku tidak tahu sampai kapan hubungan ini akan berlanjut selama perbedaan ini masih ada. Mungkin ini seperti bom waktu yang akan meladak sewaktu-waktu. Tapi nikmati saja dulu sebelum hancur. Tapi aku yakin jika kelak hubungan ini hancur, kepingan ini akan menjadi sesuatu yang baru.Iyap, Suatu hubungan persahabatan indah di dalam perbedaan.

 Gimana udah selesai? Maaf kalo jelek atau ada yang salah grammarnya. Kirim comment aja ya biar aku bisa ngoreksi yang salah. Makasih udah baca ^^

2 komentar: