Sekarang aku
bakal nge-post tentang Niall Love story. Karena lumayan banyak pake Bahasa
Inggris. Maaf-maaf aja ya kalo grammar sama vocabnya ancur soalnya Cuma mengandalakan
kamus elektronik dan otak hehehhe :)) Hope
you enjoy the story guys. Love you so much xoxo
Mullingar,Ireland 2009 (Spring).
Malam
ini, aku duduk di sudut ruangan. Menikmati musik sendirian disaat yang lainnya
berdansa bersama pasangannya di acara pesta dansa sekolah. Pesta dansa
pertamaku dimana saat ini aku sendirian tanpa pasangan. Aku Riana, cewek
Indonesia yang saat ini harus terpaksa tinggal di Irlandia. Mengikuti jejak
Papaku yang harus kesini. Ditanganku segelas minuman dingin tinggal setengah.
Aku memang dari tadi gak beranjak dari tempat dudukku. I felt like I’m a wallflower.
Hingga mataku bertemu mata biru itu. Mata milik seorang cowok blonde dengan muka unyu yang saat itu
sedang berbicara dengan teman-temannya. Hatiku tersentak. Pandanganku kuedarkan
ke penjuru ruangan lain. Hingga… aku melihat cowok itu datang ke arahku.
Jantungku berdegup. Dan… cowok itu hanya mengambil minuman di meja
sebelahku.Pffft… Aku menarik nafas panjang. “Hey!”sapa sebuah suara. Suara yang
berasal dari sebelahku. Kupalingkan wajahku kesana. Lagi-lagi mataku dan mata
biru itu bertemu. “Hey”jawabku. Cowok berambut pirang itu berjalan ke arahku.
“Wanna dance?”ajaknya. Aku gugup, belum pernah aku nyoba yang namanya dansa,
“No, thanks. I can’t dance hehehe”tolakku. Dia tersenyum. Senyum manis dengan
gigi yang tidak rapi, “C’mon. Just try it!”paksanya. Aku menurut, dia
memberikan tangannya. Aku meraihnya. Kami berjalan menuju lantai dansa.
“What’s
your name?”tanyanya.
“I’m
Riana. And you?”, dia melingkarkan tangannya ke pinggangku.
“I’m
Niall Horan. Just call me Niall. Um… I never see you before, What class are
you?”,aku melingkarkan tanganku ke lehernya.
“Actually,
I’m a freshman. I’m class 10. How about you?”. Jarakku dan dia begitu dekat
sampai-sampai aku bisa melihat kejernihan mata biru itu.
“So,you’re
my junior. I’m class 11”ucapnya.
Aku
dan Niall kembali diam. Diam-diam aku menghitung langkahku dan juga detak
jantungku.
“Ouch”ucapnya
agak keras. Tanpa sengaja, aku menginjak kakinya.
“Oh,
sorry sorry. It’s my regret”ucapku merasa bersalah.
“Hahahaha…No
problem, lets finish it and put the
drinks, kay?”ucapnya sambil tertawa. Aku mengangguk kecil. Aku dan Niall
meninggalkan lantai dansa. Dan… tangannya masih memegang tanganku. Kami menuju
meja makanan.
Aku
mengambil banyak sekali makanan, mulai dari cake,crackers,sampai fruit salad. “Wow, are you hungry”tanya
Niall. “Not yet, but it’s my portion hehehe”ucapku sambil memasukkan chocolate
truffleku. “I love seeing girls when she eat. It’s so ridiculous
hahhaha”ucapnya sambil tertawa. “Do you think I’m ridiculous?”tanyaku sambil
cemberut. “Not really,Hey! don’t show me your duck face it’s make you more
ridiculous hahahha”Niall makin tertawa. Aku melahap cracker terakhirku, “Do you
like eat?”tanyaku ke Niall. Dia nyengir, “I’m not just like eat but I love
eat”. “But, why you’re not eat now?”tanyaku lagi. Dia meminum cokenya, “I will
show you”. Niall mengambil banyak sekali makanan, mungkin hidangan di meja itu
hampir habis. Dia memakan semuanya tanpa sisa.
“Are
you full up?”tanyaku masih geli sendiri liat porsi makan Niall. Dia menggeleng
kecil. Mulutnya penuh dengan crakers. Lucu.
Pesta
dansa sudah selesai, beberapa orang sudah mulai meninggalkan school hall tapi ada juga yang masih tinggal disana . Aku
berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi. “Hey Riana! What are you doing
in there?”teriak Niall dari belakang. Dia berlari kecil ke arahku. “I’ll back
to home. Why?”jawabku sambil membenarkan cardiganku. Malam ini lumayan dingin,
angin musim semi menggerakkan daun-daun cemara membawa sisa-sisa udara musim
dingin. Cardiganku gak bisa melepaskan rasa dingin itu. “Can I accompany
you?”tanyanya. Aku mengangkat alisku memberi isyarat are you really?. “If you don’t mind”ucapnya lagi. Aku mengangguk.
Aku
menggesekkan-gesekkan tanganku berusaha menghalau rasa dingin masuk ke tubuhku.
“You’re seem like you’re freeze. Are you okay?”tanya Niall. “I’m not sure. It’s
so cold”ucapku sedikit gemetaran. Niall melepaskan jas hitamnya, “Wear it”.
“How about you?”tanyaku sedikit tidak yakin. “I’m strong enough”ucapnya tegas. Niall
mengapai tanganku, memegangnya dan memasukkannya ke saku celananya, “Is it more
warm?”. Aku tersenyum dan mengangguk kecil.
Taksi
akhirnya datang. Suhu di taksi udah mulai menghangat karena penghangat udara.
Jalanan Mullingar masih menunjukkan nyawanya. Mullingar masih bangun. Lampu
kota yang temaram membawaku hanyut dengan rasa kantukku. Aku tertidur. “We
arrived!”ucap Sopir Taksi. Aku terbangun dari tidurku. “Hey, sleeping
girl!”ucap Niall. “Hey, Um… Thanks for accompany me.”ucapku, “And thanks for the
coat”kataku sambil menyerahkan jas Niall. “Urwell”dia mengambil jasnya. Aku
keluar dari taksi. Aku berjalan menuju rumahku. “Good night Riana. Nice to see
you”ucap Niall dari dalam taksi. Aku berbalik, muka Niall terlihat dari kaca
taksi yang terbuka setengah dengan senyuman besar di wajahnya. “Good Night
Niall, Nice to see you too”aku menjawab sambil menyunggingkan senyum.
Mullingar, 2009 (Summer)
Beberapa
bulan setelah pesta dansa musim semi itu, aku semakin dekat dengan Niall. Mulai
dari makan siang bersama,jalan sore di sekitar pertokoan kota,atau hanya
sekadar duduk berdua di taman kota. Mungkin kalian pikir kami menjalani suatu
hubungan. Bukan, kami hanya dua cucu Hawa dan Adam yang tidak bisa
mengungkapkan perasaannya saat itu. Kami terlalu takut untuk mencintai,memiliki
,dan ini yang kami paling kami takuti yaitu kehilangan. Semua orang tau aku
menyukai Niall begitu juga Niall juga menyukaiku. Tapi, kembali ke alasan tadi
kami terlalu takut kehilangan.
Musim
panas di Mullingar adalah suatu saat yang paling indah. Semua orang berkumpul
di taman kota menikmati sun bathing yang
jarang mereka nikmati. Anak-anak kecil bermain di sekitar air mancur atau
memakan es krim mereka.
“Riana,
I’m so confused about our relationship”ucap Niall tiba-tiba. Hari ini aku dan
dia sedang menikmati hari cerah musim panas. Duduk di sudut coffee shop .Menikmati liburan sekolah
yang panjang.
‘I
knew that you like me and I like you too. But, Are we just friend or
more?”lanjutnya. Dia meminum ice lattenya.
Aku menelan ludah, ini pertanyaan yang selalu aku ingin tanyakan kepada Niall
tapi selalu aku tahan. Dan hari ini, dia mungkin sudah kehabisan kuota untuk
menahannya.
Aku
menarik napas panjang, “But, you never asked me to be yours”. Niall diam, ia
menyenderkan kepalanya ke sofa café. Aku mengendarkan pandanganku keluar.
Melihat beberapa pasangan berjalan sambil tertawa lebar, itu hal yang sama
seperti aku dan Niall lakukan. Dan sekarang, kami berdua gak tau apa hubungan
yang kami jalani ini.
Niall
berdiri,berjalan ke arahku lalu menunduk di hadapanku. “What are you doing
Nialler?”tanyaku ke Niall. Niall tersenyum, “You said that I never asked you to
be mine. Now, I will ask you”ucapnya. Dia meraih tanganku, “Will you be mine?”.
Aku tersentak, dia membuktikkannya. “Yes!”ucapku. Dia mencium tanganku pelan.
“Now,
I know what in relationship we are”ucapnya. Dia memberikan senyum manisnya, “I
love you”. Aku membalas senyum lebar itu, “I love you too”.
Mullingar, 2010 (Spring)
Setahun sejak pertemuanku dan Niall dan beberapa bulan setelah
kami memutuskan menjalani hubungan ini. Hari ini, dia mengajakku ke tempat
makan favorit kami, Nando’s. Selama makan aku melihat raut muka Niall yang
sepertinya penuh keraguan, gak seperti biasanya yang lahap saat makan dan
selalu tertawa. Kali ini dia makan dengan pelan dan gak habis!!. Aneh, pasti
ada apa-apanya ini kalau dia makan sampai gak habis. Apa dia sakit? Atau ada
masalah? Aku masih memperhatikan Niall dengan pandangan what’s wrong?.
“What?”tanyanya
saat melihatku memperhatikannya, “Why you looked me like that?” Lanjutnya. Aku
tersenyum samar.
“What’s
wrong Niall? Tell me if you have problem”ucapku. Dia mengelap mulutnya dengan
tisu, “Huffft… You can read my mind”. Aku tersenyum kecil. Dia tersenyum
kecut,”Riana, I’m gonna join X-Factor UK Audition. I’m gonna reach my
dreams”ucapnya. “Let’s join these audition. I’m support you”ucapku sambil
memegang lembut tangannya. Aku tahu dia punya bakat menyanyi and I knew his dream is become to singer.
“But,
I’m afraid”ucapnya lagi. Bibirnya bergetar. Aku meremas lembut tangannya,
“Afraid for what?”. Dia meletakkan tangannya di atas tanganku.
“I’m
afraid if I fail and I’m afraid if I lose you”ucapnya lagi. Kini dia hampir
menangis. “No! Don’t say that. You never know if you never try Nialler”ucapku
menguatkannya. “And I’ll be here, waiting you to win X-Factor. Reach your
dream!”lanjutku. Dia tersenyum, “Tomorrow I will go to UK”ucapnya. Secepat
itukah? Pikirku. Besok dia harus berangkat dan aku harus sendiri. Tapi, ini
demi mimpi Niall bukan? Aku harus mendukungnya,membiarkan dia pergi ke UK untuk
meraih mimpinya.
Pagi
ini, matahari dengan sinarnya mengawali hariku. Hariku yang akan sedikit hampa
tanpa Niall. Ku lihat Greg, kakak Niall sedang mengeluarkan mobil. “Hi
Riana!”sapa Mr.Horan yang sedang sibuk mengeluarkan beberapa tas. “Hi
sir!”sapaku balik. Niall keluar dari rumah, memelukku hangat dengan
senyumannya. “Hey! Are you ready?”tanyaku. Dia mengacungkan kedua jempolnya,
“I’m ready!!”ucapnya keras. Aku tertawa, tingkah Niall memang sedikit seperti
anak kecil. Polos dan lugu. Dan itu yang menyebabkanku menyukainya. “I will
miss you so much Riana”ucapnya. Raut mukanya berubah sedih. “I will miss you so
much too. Don’t be sad Niall, I’m gonna be okay”ucapku. Dia merangkulku,mencium
jidatku pelan dan membelai rambutku. “I love you so much”bisiknya. “I love you
more Niall”ucapku.
“Niall!!
We have to go now”teriak mrs. Horan.
“Wait
a minute, Mom!”teriak Niall. “Let’s go
Niall, you can leave the plane”ucapku ke Niall.
Dia
memandangku dengan mata biru itu, “Good bye Riana”
Aku
menatap mata biru itu, “Good bye Niall. Write an e-mail or letter and call me
sometimes if you can,okay?”ucapku. Dia mengangguk. Tangan putih itu melepaskan
pegangannya, sedikit terpaksa. Berjalan sedikit kuyu menuju mobil. “C’mon
Niall!!! Show your spirit!!”teriakku. Dia berbalik dan tersenyum lebar. Aku
tersenyum melihat Niall memasuki mobilnya. Mobil sedan itu berjalan pelan,
kulambaikan tanganku. Hariku tanpa Niall dimulai.
Mobile Phoneku berbunyi, sebuah SMS
masuk. ‘Nialler’ sms dari Niall!! Kubuka pesan itu,
Riana, I have a good news for you!! I did it. Now, I’m X-Factor
finalist. Next Saturday, it will publicate. Love you so much xoxo J
Aku
menangis, membayangkan bagaimana seorang Irish
Boy seperti Niall akan menjadi penyanyi hebat. Aku berharap dia tidak akan
terhenti begitu saja.
Hey Niall!! OMG, You did it! Congrats! I always pray for you. I
hope you always strive for your best and pray to God. Love you so much xoxo
Good luck J
It’s
Saturday night, aku sudah stay tune di
depan TV. Menunggu seorang yang dari tadi aku tunggu. Hingga… It’s Niall Horan!
Niall dengan sedikit gugup masuk ke panggung menggunakan kemeja merah
kotak-kotak. (Liat video ya)
Once
more, a waterfall turns from my eyes.
Mullingar, 2010 (Fall)
Tepat
setahun ketika kalimat itu muncul dari Niall. Aku duduk di pojok Nando’s
melihat keluar jendela menikmati gugurnya daun pohon ek yang menguning.
Sesekali terdengar bisikkan pelayan Nando’s, “That’s girl always came here with Niall Horan”. Mobile Phoneku berbunyi, sebuah pesan
dari seseorang yang aku sudah tahu siapa.
Happy 1ST Anniversary to Us. I wish it will forever.
I always love you xoxo J
Sebuah
pesan pendek dari Niall. Kututup pesan itu tanpa ada hasrat ingin membalasnya.
Kutatap secarik kertas yang sedari tadi ada di depanku. Kutulis semua rasa yang
kupendam beberapa bulan ini.
“Hi
Greg!!”sapaku ke Greg ketika aku bertemu dengannya di grocery. “Hey Riana”ucapnya ramah. “Greg, can you give this to
Niall”ucapku sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasku. “Okay, maybe
tomorrow I’m gonna to UK”ucap Greg sambil mengambil kotak itu dan memasukkanya
ke tas. “Thanks”ucapku lagi. “Urwell”jawabnya. Greg berjalan menjauh menuju
kasir. Sedangkan aku masih terdiam.
**Niall P.O.V**
Today
it’s my first show with One Direction. Yeah, now I’m with Zayn,Louis,Liam ,and
Harry. We founder by Simon Cowell. We called this band ‘One Direction’ because
we have same dream, to be professional singer. Now, I’m so confused why Riana
don’t reply my messages and e-mail since our 1st anniversary. Is she
sick or what?
“Hey
Niall!!”said my brother, Greg. I rolled my eyes to him. He brought a box. “This
from Riana”. Why she gave me a box?
“What
is that?”I said to Greg.
“I
don’t know. Good luck for your performance brotha”, Greg leaving me.
I open
the box. I feel something wrong with Riana when I opened the box. There is some
our photos and a LETTER!! I see the photos. Photos when me and Riana go to
Dublin together,when we swam at waterpark and when we were just sat under tree.
These memories, I miss them and her. I open the letter carefully. Riana wrote
it so neat and I can see some tears printed. I start read.
Dear Niall,
Long time not see you. I miss you more than I can felt. How are
you? I hope you’re pretty cool there.
I’m a bit pretty amazing in here. I think you will be superstar. I always heard
about you and your new band ‘One Direction’ talked by girl in Mullingar hehehe.
You’re famous now. Ouch, You have some greetings by Nando’s waiters. They
always asked me “When you will come to Nando’s again?”
Dear Niall,
I miss our memories. I miss your wide grin. I always miss your
face when you’re ate. I miss all of you. Sorry, I’m not replied your messages.
It’s my regret.
Dear Niall,
I know it’s hurt to do long distance relationship. But, I always
felt empty when you’re not here. And sometimes, I felt we will break up. I know
it’s hurt for you. But, I feel this too. It’s my decision. I know it’s so
selfish
Dear Niall,
Sorry for hurting your heart. You know what, actually I still
loved you. And, it’s not just bullshit. I’m just not enjoyed this long distance
relationship. It’s doesn’t mean we are gonna stay away each other after breaked
up. I always pretend that you’re my boy best friend.
Dear Niall,
I gave you some our photos, to make you always remember me. I
keeps some our photos too and one of our best photos in my wallet. Good luck
for you concert and your band, I always pray for your best. I’ll be wait for your
victory, Okay?
Sincerely,
Your girl best friend
(Riana)
My
tears turn from eyes. She wants a break up. I know she’s not enjoyed this, I
can feel it.
“Are
you crying Niall?”Liam said to me. Now, he sit next to me. “Are you break up
with your girlfriend?”he continous.
“I
think so”I said clearly.
Now,
the show must go on. I don’t want my performance will be bad. I’m gonna show to
Riana, I can be a singer with this band. I promise Riana, I will give you a
victory.—
London, 2012 (Winter)
Aku
berjalan di sepanjang trotoar pertokoan di London. Ini musim dingin pertamaku
sejak aku pindah dari Mullingar. Aku pindah kesini karena kau harus melanjutkan kuliah di London.
Salju
turun menutupi jalanan aspal dengan mobil-mobil yang berjalan pelan karena
jalan licin. Aku memasuki salah satu mall di situ. Aku ingin menghangatkan tubuhku
sejenak. Kulihat banyak sebuah advertisement
di lobby mall.
Aku
kaget, Niall kini sudah berubah. Dia berubah secara stylenya, tapi aku masih bisa
melihat kepolosannya. One Direction kini menjadi suatu british invention di seluruh dunia. Semua orang tahu One Direction
dan juga Niall. Selama ini, aku hanya melihat Niall di majalah,koran,atau
televisi. Yeah, he’s changed.
Aku
masuk ke toko music,niatku kali ini ingin membeli album One Direction
kedua-duanya. Aku ingin mengenang Niall lewat album ini. Aku masih ingat, saat
dia menyanyikan lagu Justin Bieber yang ‘One Less Lonely Girl’ dengan gitarnya
di suatu siang di musim panas.
Aku
mendatangi hall mall yang biasanya begitu luas kini seakan menjadi kumpulan
ikan pindang. Semuanya menggunakan atribut tentang 1D. Aku seakan kecil
diantara ribuan directioners , mereka
tertawa,bernyanyi dan ketika the boys mereka
berteriak sepuas mereka.
3 jam…2
jam… dan kini hanya sekitar 5 orang lagi di depanku untuk ke tempat the boys. Langkahku sedikit
gontai,jantungku berdegup kencang. Orang masa lalu itu akan kembali lagi,masih
ingatkah Niall kepadaku?
Yang
pertama Louis, dengan pakaian stripes kesukaannya
dia tersenyum ramah kepadaku, “Thank you for coming”. Dia memberikan dua album
yang sudah ditanda tangani. Lalu Liam, Zayn,dan Harry. Aku harus menunggu lumayan
lama untuk Niall. Dia pergi sebentar ke belakang panggung.
“Sorry
for waiting me, I’m really need go to pee”ucap Niall sambil menanda tangani 2
album itu. “No problem,Glad to see you again Niall”ucapku. Dia mendongak
memberikan 2 album yang sudah dia tanda tangani.
“Oh
God, Riana?”ucapnya saat dia melihatku. Aku mengangguk. Dia masih ingat aku.
Dia tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang kini sudah rapi terbehel.
“Niall,
hurry up”bisik Harry ke Niall.
“Can I
beg your CD’s?”ucap Niall. Aku menyerahkan salah satu CDku. Dia menuliskan
sesuatu disana.
“Thanks
for coming Riana”ucap Niall sambil sekali lagi tersenyum lebar. Aku berjalan
menjauhi kerumunan. Kubuka CD yang tadi ditulisin Niall.
Hi Riana!! Can you meet me at Starbuck now. I’ll be there after
signing session. I want talk much with you :))
Aku
duduk di pojokkan Starbuck menunggu Niall yang belum juga datang. Hot Latteku sekarang sudah habis. Hingga…
seseorang memakai kacamata hitam dan juga hoodie biru datang ke arahku. Dia
membuka kacamatanya, “I need some disguise hahha”ucapnya. Niall duduk di
seberang,membuka buku menu dan memanggil pelayan. “Wanna latte again?”tanyanya.
“Up to you”ucapku. Dia memesan 2 hot
latte dan 2 red velvet.
“You
still love latte,huh?”ucapnya. Aku tersenyum, “Like you can see”
Pelayan
datang membawakan pesanan kami, dia menyeruput sedikit lattenya.
“How’s
your life?”tanyaku sambil memasukkan sesendok red velvet.
“It’s
so pretty amazing. How about you?”
“Same.
Now, I live in here”. Niall sedikit kaget, “In London?”.
“Yeah,
I am go to University of London”.
“Wow,
congrats!! How about your love life?”tanyanya lagi.
“Always
being single hahahaha”ucapku sambil tertawa kecil. “After we breaked up you
never dating someone again,huh?”tanyanya lagi sedikit tak percaya. Aku
mengangguk. Suasana menjadi awkward.
Niall
mengantarku pulang ke flatku setelah acara pertemuan kami di Strabuck yang berlanjut
makan malam di Nando’s. Menggunakan mobil barunya ia mengantarkanku,dulu aku
masih ingat dia selalu menggunakan taksi untuk mengantarku pulang. Tapi dulu ya
dulu but now everything has
changed,right? Aku keluar dari mobilnya, dia mengantarku sampai ke depan
pintu flat. “Thanks for the dinner”ucapku. Dia tersenyum, senyum yang sama saat
dia masih seorang Niall si Irish Boy. “Urwell”ucapnya,
“I have to go now. Good night”lanjutnya. “Good night”balasku. Niall berjalan
menuju mobilnya.
‘Wait
Riana!!”ucapnya keras saat aku membuka pintu flatku. Aku menoleh,”Ya?”
Dia
sedikit berlari ke arahku, “Do you want to join a dinner with 1D tomorrow?”. Aku
memasang wajah ragu. “Pleaseeee”pintanya seperti anak 5 tahun yang ingin es
krim. Aku mengangguk sambil tertawa. “Big thankies Riana.”ucapnya. “You never
change Niall”ucapku masih sedikit tertawa. Dia ikut tertawa,” I will pick you
at 6 pm,kay?” Dia sekali lagi berpamitan. Tapi baru 3 langkah dia berbalik
lagi, “Can I have your new phone number?”pintanya lagi. “Okay”jawabku sambil
memberikan nomor telponku.
Jam
sudah menunjukkan pukul 5.45 pm. Aku sudah bersiap dengan pakaianku yang
seperti biasanya selalu simple. Toktok. “Wait a minute”ucapku sambil menali
sepatu converseku. Niall datang membawa sebuket bunga mawar merah. “It’s for
you”ucapnya. Aku mengambilnya, “Thanks Nialler. You more romantic now hahahaha”ucapku.
Dia mengedipkan matanya. Aku makin tertawa lebar.
“You
never change Riana. Your fashion and your personality”ucapnya di mobil. “You
too but maybe your fashion a bit changed”jawabku. Mobil berjalan melewati
jalanan kota London yang ramai karena sebentar lagi Natal. “Are you gonna back
to Mullingar this Christmas?”tanyaku. “Of course yes, I miss Mullingar”ucapnya
bersemangat.
Kami
sampai di restoran tempat dinner. Kami memasuki restaurant itu, dan Niall
menagandeng erat tanganku. “Hey Nialler. There is so much food in here”ucap
Harry keras. “Nialler coming!!”ucapnya sambil menggeret tanganku. “Who’s that
girl, your new girlfriend, huh?”tanya Zayn. Niall tertawa, “Actually, she’s my
ex girlfriend but now she’s my best friend”ucap Niall. “You had girlfriend
before?”ucap Harry sedikit gak percaya. Niall memasang muka ganas ke Harry. “What’s
wrong?”Harry malah tanya balik.
Niall
menceritakan semuanya tentang aku dan dia ke the boys. “It’s really teenage love”ucap Liam. Kami berdua
tersenyum. Jam 10 pm dia mengantarku pulang. “Thanks for dinner and accompany me”ucapku.
“Urwell, and thank you for you too”ucapnya. “Thanks for what?”tanyaku sedikit
bingung. “Thanks for back to in my heart”ucapnya sambil tersenyum. Aku
tersenyum malu. Musim dingin pertama di London serasa musim panas 3 tahun lalu.
Mullingar,2012 (Winter)
Pernak-pernik
natal tersebar di semua sudut Mullingar. Aku kembali kesini. Menemani Niall
yang rindu akan tanah kelahirannya. Sekarang, kami duduk di café biasanya
ketika dulu kami masih bersama. Dan sekarang, kami bersatu lagi. Tapi buka berati
kami pacaran ya. Kami sudah mengungkapkannya, bukan dari mulut ke mulut tapi
dari hati ke hati. Hati kami yang berbicara. Sekarang kami sudah siap akan
semuanya,mencintai,memiliki dan kehilangan. Karena kami sudah cukup dewasa. Dan
sekarang, dia menatapku dengan mata biru itu dengan senyum itu dan dengan rasa
itu.
Udah bacanya? Kalo udah komen-komen aja ya. Thanks for read ;))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar