Yay! Saya kembali. Ditemani beberapa makanan dan minuman sampah (baca: Mekdi) dan segelontor materi ujian praktek Basa Jawa dan TIK, aku kembali! Untuk kalian, aku punya cerita yang diilhami *tsaah* dari
another Harries hotties. Yup Finn Harries! Belum ada judulnya sih tapi ini cerita termasuk pendek.
So hope you like it and if you have some idea for the title tell me on comment,kay?:))
Kuketuk-ketukkan ujung kukuku di kursi ruang bandara. Sudah 15
menit yang lalu pesawat Garuda jurusan Jakarta-Yogyakarta mendarat. Tapi bocah
laki-laki itu belum juga datang. Kutatap pintu kedatangan seksama berharap
laki-laki Inggris itu muncul. Hasilnya nol besar. “Kemana lagi dia?”gumamku.
Kuambil tas ranselku. Sejak 1,5 jam yang lalu aku sudah menunggu di Bandara.
Dasar pesawat Indonesia sukanya telatan.Seharusnya pesawat ini sudah sampai 1
jam yang lalu dan karenanya aku harus buru-buru dari kampus menuju bandara
hanya untuk menjemput laki-laki ini. Dan sekarang berdirilah aku di pinggir arrival gate. Tapi, tetep aja sosok
tinggi tegap itu belum muncul. Kuketuk-ketukkan sepatu Converse hitamku di atas
lantai dingin bandara. Penumpang terakhir dan itu bukan dia. “Apa dia
ketinggalan pesawat? Tapi kalo iya seharusnya dia udah bilang ke aku tadi?”gumamku.
Kembalilah aku ke kursi tunggu. “Hey!”aku menoleh ke belakang. Laki-laki
berambut coklat itu tersenyum lebar. “Darimana aja kamu?! I’ve been looking for
you!”ucapku galak. “Sorry. Aku beli ini dulu tadi”jawabnya sambil mengangkat
sebungkus besar Dunkin Donuts. “Pfft..You can tell me first”ucapku lalu
berjalan menuju parkiran meninggalkan laki-laki itu.
Ya,
namanya Finnegan Frayn Harries. Dan kalian jangan pernah sekali-sekali
memanggilnya Finnegan atau dia akan menempeleng wajahmu. Dia sahabatku semasa
aku sekolah di Leeds,UK. Dan ini kali pertamanya dia datang ke Indonesia. Dan
tugasku sebagai sahabat yang baik adalah menjadi guide selama dia disini.
Finn
menyesap kopi sorenya di salah satu sudut coffee
shop di tengah kota Yogya. Wajahnya merah terkena panas mentari kota. Mata hijau
zaitun itu menatap jalanan kota dengan seksama. Perpaduan yang pas untuk wajah
bak model Burberry itu. Sesekali digunakannya Canon 5D miliknya. Kutatap buku
karangan John Green seakan aku membacanya padahal yang aku lakukan hanya
menatap gerak-gerik laki-laki usil ini. Tersenyum kecil ketika ia melakukan
tingkah aneh, atau pura-pura marah ketika ia menggodaku. He has a nice smile I ever knew. “So, berapa lama kamu bakal
disini?”tanyaku sambil menutup bukuku. Ini hari keduanya di Yogya. Dia
mengangkat bahu,”Maybe 2 weeks”. Aku mengangguk.
Kami
berjalan diantara kerlip lampu-lampu sepeda hias di kawasan Alun-Alun Kidul. “Do
you remember Lena?”tanya Finn. “Yup, I remember. Why?”tanyaku. Lena Jelandra.
Cewek asal Jakarta yang pernah menjadi teman sekelasku dan Finn. Finn sempet
pacaran dengan cewek ini. Sejujurnya, aku iri dan mungkin kalimat yang satu ini
sangat aneh dan tabu. Ya, aku cemburu. Mungkin aneh atau tabu ketika seorang
sahabat menyukai sahabatnya sendiri. Tapi, itu kenyataan. Makin aku dekat
dengan Finn, makin lama aku menyukainya. There’s
nothing I could say how could I fall in love with him. Because it all just can
sums up with this 4 words. I really love him. “Aku mau ketemuan sama dia
minggu depan di Jakarta”ucap Finn membuyarkan lamunanku. “Kamu masih suka sama
Lena?”tanyaku lalu memasukkan segelontor M&M’s ke dalam mulutku membiarkan
coklat membuat hormone Endhorphin supaya mampu menghilangkan panas di hatiku. “I
don’t know. I can’t stop thingking of her when I finally arrived”ucapnya
bersemangat. Aku hanya mengangguk.
Finn
mengangkat tas ranselnya. “Kamu beneran mau ketemu Lena?”tanyaku memastikan. “Yup,
Why? Kamu cemburu kalo aku ketemuan sama Lena?”goda Finn. Aku menggeleng keras
berusaha mengabaikan hatiku yang sangat ingin bilang iya. “Pastinya kamu gak
bakal cemburu. You’re my bestie so you don’t or maybe never love me,right?”ucap Finn. Aku tersenyum samar.
Suara
wanita di intercom memanggil para penumpang untuk masuk pesawat karena sebentar
lagi boarding. Finn mengecek kembali
barang-barangnya. Kuantar laki-laki British
ini ke depan departure gate. “So,
see you next time”ucapku. “Yup, see you next time. I’ll call you when I arrive”ucap
Finn lalu memelukku. Kubalas pelukan sahabatku ini lebih erat. “You have big
hug”ucapnya lalu tersenyum lebar. “Bye”dia melangkah menuju pintu masuk,
meninggalkan aku yang masih mematung menatap langkah besar itu pergi. Berusaha meninggalkan
cinta diam-diam ini di pintu bandara bersama burung besi itu pergi. Karena
hukum cinta tak harus memiliki itu masih berlaku.
Gimana-gimana? Aneh atau absurd ya hehehe. Terimakasih buat baca yak:)) Love you buddies xx