Halo semua!!! Lama ya gak update. Yah, gak lama banget juga sih. Oke, kali ini aku bakal ngasih Zayn Malik Fan Fiction buat kalian :)) Maaf ya kalo agak alay -_- Atau sedikit kayak sinetron efek nonton Akibat Pernikahan Dini sih .___.v
So, check this out, Yo!
Setipis Kertas
Jani
“Mukamu kenapa kayak kertas
kusut?”tegur Georgia, sahabatku. Aku mendengus sambil mengudak-udak juice-ku. “Kamu pasti tahu kan
penyebabnya”ucapku cuek. Georgia menarik nafas panjang. “Aduh cuma gara-gara
satu kelompok biologi aja. Sampai kapan sih kamu bakal benci sama
Zayn?”tanyanya. Aku mengendikkan bahu, “Selamanya mungkin”. “Kamu tahu gak Jan,
benci sama suka itu bedanya setipis kertas. Udah ah aku mau masuk kelas”ujar
Georgia sambil menepuk pundakku.
Zayn Javaad Malik. Penyebab
hari-hari sekolahku selama ini suram. Cowok paling sok cool yang ada di sekolah bahkan se Britania Raya ini. Banyak yang
bilang Zayn itu gantengnya perfect tapi
menurutku lebih ganteng Andrew Garfield. Dan entah kenapa dari kindergarten sampai High School ini aku harus satu sekolah bahkan satu kelas sama dia.
Rumah aja cuma sampingan. Kamarku aja punya balkon yang menghadap kamar Zayn.
Kebencianku sama Zayn bermula waktu
kelas 1 SD. Waktu itu, Zayn dengan (sangat) sengaja motong rambut Barbie kesayanganku. Untungnya, Bunda
beliin aku yang baru jadi aku gak lama ngambek sama Zayn. Kelas 6 SD, dia
nempelin permen karet di kursiku sehingga waktu aku berdiri permen itu nempel
di rokku. Enggak cuma itu aja, masih banyak aksi criminal Zayn ke aku. It means he’s really bad boy.
Kalau umpamanya sifat (amat)
jeleknya itu hilang, Zayn punya wajah dan kepribadian yang bener-bener bikin
cewek melting. Honestly, aku pernah liat dia bantuin seorang nenek nyebrang jalan
sambil bawain belanjaan sang Nenek. Selain itu, aku pernah gak sengaja liat dia
manjat pohon demi ngambil anak kucing yang kesangkut. Dan… bodohnya aku pernah
suka sama dia. Tapi, cuma 2 bulan abis itu aku kapok gara-gara jadi korban aksi
kriminalnya itu. Tapi, dibalik itu dia satu-satunya cowok yang aku kenal yang
benci hujan.
Dibanding, 4 temen se-ganknya kayak
Harry, Liam,Louis,sama Niall. Zayn yang sama sekali gak pernah keliatan sama
cewek. Banyak sih yang suka sama Zayn tapi gak tau kenapa dia gak pernah
ngelirik satu pun termasuk Cher, cewek paling popular di sekolah.
Zayn
“Zayn kesini!! Umpan ke aku!”teriak
Niall ketika aku dan dia bermain bola di lapangan sekolah. Aku menendang keras
bolaku dan Buk…. Bola itu mengenai seorang cewek. Biasanya sih kalau cewek
biasa kena bola yang aku tendang bakal bilang “Oh, It’s okay” tapi ini Jani.
Aku melangkah ke tempat Jani berdiri
sambil menatapku dengan mata hitamnya yang besar. Mulut kecilnya mengerucut
rasanya pengen ketawa tapi aku gak mau memperburuk suasana.“Sorry, gak
sengaja”ucapku. Jani masih diam. “Aku bakal nyuci cardiganmu deh”ucapku lagi
sambil menunjuk cardigan Jani yang basah terkena soda yang tumpah karena kena
bola. “Zayn!! Sampai kapan sih kamu jahilin aku! Aku sebel tau gak! Dasar
jambul jelek sok ganteng!”sambar Jani sambil menunjukkan matanya yang menyala.
“Ini juga gak sengaja juga. Lagian aku juga udah minta maaf. Nanti aku cuciin
deh cardiganmu”ucapku. “Gak usah! Cardiganku nanti ketularan jelek kayak
kamu!”ucap Jani sambil berlalu. “Kamu gak apa-apa?”tanya Niall sambil merangkulku.
“Udah biasa. Ayo main lagi. Nenek sihir udah pergi”ucapku sambil mengambil
bola.
Anjani Prawirodirjo. Itu namanya.
Nama yang sedikit aneh menurutku sama kayak yang punya nama. Jani bukan orang
asli Inggris dia lahir di Indonesia tapi tumbuh di Inggris. Matanya hitam, gigi
depannya besar dua kayak kelinci dengan mulut kecil warna pink. Kamu mau tahu
komentar Harry buat dia? “She's like little Dora but with kissable lips”itu kata
Harry. Iya, dia mirip Dora dengan rambut pendek,dan kulit tan. Sayangnya dia jeblok di pelajaran Bahasa Spanyol. Kelihatannya
dia itu cute tapi di balik wajahnya
itu dia punya mulut kayak mercon dicampur saos Tabasco. Sekali meledak pedesnya minta ampun. Dan selama ini, aku
udah sering jadi korbannya. Alasannya, ya karena dia benci sama aku.
Kenapa dia bisa benci sama aku?
Alasannya karena dari kindergarten sampai
High School dia selalu aku kerjain. Walaupun gitu ada satu
hal yang dia gak tahu sampai sekarang.
Jani
Aku berjalan di subway station. Aku melirik jam tanganku, masih jam 1 siang tapi
kenapa station sepi gini. Aku
mempercepat jalanku, perasaanku gak enak. Dan terjadilah. Dua cowok segede
kulkas 3 pintu menghadangku. Seorang kulit putih dan yang satu seorang negro.
Aku membalik badanku berusaha mencari jalan lain. Tapi, cowok berkulit putih
itu menghadangku. “Give me your money!!”perintahnya denga suara galak dan bau
alcohol yang menyeruak ketika dia ngomong. “I don’t have money”ucapku dengan
suara lirih. “Liar!!”teriak cowok itu sambil menyiapkan sebuah pukulan. Aku
menutup mataku.
Zayn
Aku berjalan di subway station ketika aku melihat seorang cewek bertubuh kecil
dihadang 2 orang cowok besar. Aku menyipitkan mataku, merasa pernah tau cewek
dengan sebuah cardigan coklat yang aku kenal. “Jani!!”teriakku sambil berlari
ke arah cewek itu. Dua cowok itu menoleh, aku menghantam cowok berkulit putih
itu dengan tanganku. Temannya menghantamku dengan tangan kekarnya. Membuatku
jatuh. “Zayn! Jangan!”teriak Jani. Aku meninju wajah cowok berkulit hitam di
hidungnya higga mengeluarkan darah. Sedangkan temannya membawa dia pergi.
Aku menoleh mencari Jani. Aku
menemukannya menangis di pojokkan. Baru pertama kali aku lihat dia nangis.
Jani
Mata coklat itu mendekat. “Kamu gak
apa-apa? Udah gak usah nangis mereka juga udah pergi kok”ucap Zayn sambil
berjongkok di sebelahku. Aku bisa melihat penampilannya yang hancur sekarang
,ujung bibirnya berdarah, jidatnya tergores, sebuah memar mulai terlihat di
pelipisnya. Aku menggeleng, “Enggak apa-apa. Makasih ya. Kamu gak
apa-apa?”ujarku. Zayn tersenyum kecil, “Wajahku ancur ya?”. Aku tertawa, masih
sempat-sempatnya dia ngelawak sedangkan banyak luka di wajahnya. “Ayo pulang,
aku obatin kamu di rumah”ajakku. Zayn tertawa, “Tumben baik”. Aku berdiri
sambil mengulurkan tangan untuk Zayn, “Soalnya kali ini kamu baik”. Zayn
tertawa sambil menyambut tanganku.
Zayn
“Aww…”ringisku ketika handuk
kompresan menyentuh luka di wajahku. “Sakit ya?”tanya Jani. “Menurut
kamu?”ucapku ketus. Jani cuma tersenyum sambil menempelkan aid band di dahiku. “Selesai”ucapnya. Jani membereskan obat-obatan
dan mengembalikannya ke tempatnya. Dia lalu duduk disampingku. “Zayn?”tanyanya.
“Uhmm..”ucapku sambil meminum segelas honey
tea hangat buatan Jani. “Makasih ya udah nolongin. Makasih banget”ucap Jani
sambil menatapku dengan mata puppy
andalannya. “Iya..Iya tapi gak usah ngelihatin pakai matamu itu. Aneh tau
gak”ucapku sambil mengacak rambutnya. Dia tertawa sambil memukul pundakku.
“Emang kamu gak aneh”protesnya. “Enggak juga sih”jawabku.
“Zayn, aku boleh tanya?”tanya Jani.
“Boleh. Apa?”ujarku. “Kenapa kamu mau nolongin aku padahal aku udah benci sama
kamu?”tanyanya sambil memuntir pinggiran cardigannya. “Soalnya..”ucapku sambil
menggigit bibirku. “Apa harus aku bilang
sekarang”pikirku. “Kenapa? Zayn, aku mau minta maaf soalnya udah sebel sama
kamu”ucap Jani. “Iya gak apa-apa. Aku juga salah kok”ucapku. Jani tersenyum.
“Oiya pertanyaan pertama kamu belum jawab”lanjutnya. Aku kembali menggigit
bibirku sekarang makin keras malahan. “Soalnya…”. “Kenapa?”. “Soalnya… Aku suka
kamu dari dulu”ucapku cepat. Jani menatapku dengan tampang bingung.
Jani
Aku menghirup dalam-dalam bau siang ini.
Bau ketika para bakteri dan jamur di tanah bereaksi ketika akan turun hujan.
Aku melirik Zayn yang sedikit males dengan cuaca siang ini. Gerimis mulai
turun, wajah Zayn makin tertekuk. “Jani, baca paragraph 4!”pinta Mr. Joe, guru
sastraku yang menyadarkanku dari lamunanku.
Aku berlari keluar sekolah. Semua
orang mulai menyiapkan payung atau jas hujan sedangkan aku hanya berlari terus
tanpa payung atau jas hujan. Aku menemukan Zayn berdiri di halte tunggu bus.
“Zayn!!”teriakku sambil berlari menembus hujan. Zayn menoleh sambil tersenyum.
“Hai, kamu!”sapanya. Zayn bergeser sedikit untuk memberiku ruang untuk berteduh.
“Main yuk!”ajakku. Zayn menggeleng, “Hujan”. “Terus kenapa kalo hujan?”tanyaku.
“Ya, kan males hujan malah main. Basah sama dingin. Nanti sakit”ucapnya sok
bijak. “Kamu udah kayak Ibuku aja ngomongnya”protesku. “Udah ah, ayo
main!”lanjutku sambil menarik Zayn ke tengah hujan. “Hey lepasin!!”protesnya.
Zayn
“Jani, kamu tau gak kita nanti bakal
sakit”ucapku sambil berusaha melepaskan pegangan erat Jani. Jani berhenti
melangkah di tengah taman. Rambut hitamnya basah. Matanya tertutup. Tangannya
masih menggenggam tanganku. “Coba kamu pejemin mata terus rasain apa yang ada
di sekitarmu. Dengerin hal yang ada di sekitarmu”ucap Jani. “It makes you feel more free”lanjutnya.
Aku mulai memejamkan mataku dan mendengarkan sekitar. Suara hujan, nyanyian
burung, hembusan nafasku dan Jani, deru kendaraan,gemerisik daun. “I’m feel more free now”ucapku. Aku
membuka mata berbarengan dengan Jani. Wajahnya merona dengan senyum besar
terkembang di bibirnya. “Sekarang aku suka sama hujan gara-gara kamu”ucapku
sambil menyenggol bahu Jani. “Kamu mau tau gak hal yang mulai aku suka
sekarang?”ujar Jani sambil tersenyum. “Apa?”tanyaku. Jani berjinjit sambil
mulai berbisik, “Kamu. Aku mulai suka kamu, Zayn”
Okay, gimana? Maaf kalo absurd. Thanks buat yang udah ngeluangin waktu baca cerita dari aku. Always pretend to be cool. Love, Rani xx